Din Hikmah. Diberdayakan oleh Blogger.

Headline Terkini

Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam. Tampilkan semua postingan

Fadhilah Bulan Sya'ban Yang Mulia

Written By Din Hikmah on Rabu, 27 Juni 2012 | 03:30


Oleh : Dyn Muhammad 'ilyas 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Saudara muslimin dan muslimat yang saya banggakan, Bulan Rajab telah berlalu meninggalkan kita semua, dengan digantikannya dengan Bulan Sya'ban yang Mulia ini, sedang Bulan Ramadhan menunggu didepan untuk menggantikannya.
Maka sungguh beruntung bagi siapa saja yang hidupnya dipenuhi dengan ibadah-ibadah pada bulan yang mulia ini, Terus beristi'dad (bersiap diri) menyambut bulan penuh berkah dan pahala besar dengan puasa dan amal shalih lainnya.

PINDAHNYA KIBLAT

Pada bulan Sya'ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi Wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wata'ala turun. 

قَدْنَرَىتَقَلُّبَوَجْهِكَفِي السَّمَاءفَلَنُوَلِّيَنَّكَقِبْلَةًتَرْضَاهَافَوَلِّوَجْهَكَشَطْرَالْمَسْجِدِالْحَرَامِوَحَيْثُمَا كُنتُمْفَوَلُّواْوُجُوِهَكُمْشَطْرَهُوَإِنَّالَّذِينَأُوْتُواْالْكِتَابَلَيَعْلَمُونَأَنَّهُالْحَقُّمِنرَّبِّهِمْوَمَا اللّهُبِغَافِلٍعَمَّايَعْمَلُونَ

"Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan."
(QS. Al Baqarah; 144)

KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN

Dalam bulan sya'ban ini sangat banyak sekali keutamaan nya, maka sungguh sangat dalam kerugian jika kita semua meninggalkan bulan yang penuh dengan keberkahan ini dengan tidak dipenuhi dengan ibadah.

فَسَبِّحْبِحَمْدِرَبِّكَوَكُن مِّنَالسَّاجِدِينَ
"maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),"
( QS.Al-Hijr ; 98 )

Allah Subhanahu Wa Ta'alaa selalu memerintahkan kita semua beribadah kepadanya, apalagi pada bulan-bulan yang penuh dengan keberkahan ini.
وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالْإِنسَإِلَّالِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
( QS.Adz-Dzaariyaat ; 56 )

Karena bulan Sya'ban terletak diantara bulan Rajab & bulan Ramadhan, dan karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Sya'ban seringkali dilupakan. Padahal semestinya tidaklah demikian. Dalam bulan Sya'ban terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan umat Islam.
Rasulullah SAW bersabda;

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


"Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan, Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal, KarenaNya aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa."
(HR. Abu Dawud dan Nasa'i)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

"Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya."
(HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)

Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir & meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafa'at (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).

Dalam Kitab "Durratun Nashihin" , Dari Yahya bin Mu'adz,beliau mengatakan ; Lafadz Sya'ban menyimpan karunia bagi orang-orang mukmin,dari perpanjangan 5 Hurufnya, yaitu :
1. Syin perpanjanganya Syarafun dan Syafa'atun yang berarti kemuliaan dan Syafaat(pertolongan).
2. 'Ain perpanjanganya Al-'izzah wal Karamah yang berarti kemenangan dan karamah.
3. Ba-k perpanjanganya Albirru yang berarti Kebaikan.
4. Alif perpanjanganya Ulfah yang berarti rasa belas kasihan.
5. Nun perpanjanganya An-Nur yang berarti Cahaya.

Itulah sebabnya dijelaskan: Bulan Rajab mensucikan Tubuh, Sya'ban untuk mensucikan Lubuk hati, dan Ramadhan untuk Mensucikan jiwa/Ruh.
Maka siapa yang mensucikan tubuhnya dalam bulan Rajab, sucilah hatinya dalam bulan Sya'ban. Dan siapa mensucikan lubuk hatinya dalam bulan Sya'ban, sucilah jiwanya dalam bulan Ramadhan.

Saudaraku yang diRahmati Allah, mari sucikan Lubuk hati kita dalam bulan Sya'ban ini supaya kita smua menjadi Suci jiwa kita dalam bulan Ramadhan besok.
Dan barang siapa tidak mensucikan Lubuk hatinya di bulan Sya'ban ini, bagaimana bisa mensucikan jiwanya dalam bulan Ramadhan besok???

Dengan cara apa kita mensucikan Lubuk Hati kita?? Perbanyak ibadah, dzikir, puasa, sedekah dan amalan-amalan lain nya..
Rasulullah SAW bersabda;
"Siapa Berpuasa 3 hari pada awal bulan Sya'ban, 3 hari pada pertengahan nya, dan 3 hari pada akhirnya,  maka Allah mencatatnya pahala 70 orang Nabi, dan adalah bagaikan orang beribadah kepada Allah SWT selama 70 tahun ,dan jika meninggal pada tahun itu berarti mati Syahid"

Dalam Sabda Rasulullah SAW Lainya;
"Siapa mengagungkan bulan Sya'ban,bertaqwa kepada Allah SWT, dan taat beribadah kepadaNya, serta mengekang diri dari Laku Maksiat, maka Allah mengampuni segala dosanya, dan menyelamatkan dari segala macam Bahaya/bala-k, dan macam-macam penyakit dalam tahun ini"
(Zubdatul Wa'dhin)

MALAM NISHFU SYA'BAN DIBUKANYA PINTU RAHMAT

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda yang Artinya;
"Pada malam Nishfu Sya'ban Jibril datang kepadaku, sahutnya; 'Hai Muhammad, pada malam ini pintu-pintu Rahmat dibuka, untuk itu tegakkan lah Shalat, angkatlah kepala dan kedua tanganmu ke Langit'.
Aku bertanya: 'Hai Jibril,mlm apakah ini?'
Jawabnya: 'pada malam ini 300 pintu Rahmat telah dibuka, Allah mengampuni semua Orang yang tidak musyrik kepada Allah, bukan ahli sihir, bukan Dukun, bukan orang yang suka Bermusuhan, bukan Pemabuk arak, bukan Pelacur, bukan pemakan Harta Riba, bukan pendurhaka terhadap orang tua, bukan yang suka Mengadu Domba, dan bukan orang yang suka Memutus Tali persaudaraan, Mereka Semua itu tidak diAmpuni, Hingga Bertaubat dan suka Meninggalkan".

Lalu Beliaupun keluar & Shalat, serta menangis dalam Sujudnya, seraya Membaca, yang Artinya;
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksamu, dan Marahmu, aku tiada Menghitung-hitung Pujiku kepadaMu, sebagaimana Engkau Memuji Dzatmu sendiri, maka Bagimulah segala puji Hingga engkau Ridha".
(Zubdatul Wa'idhin)

pada malam Nisfu Sya'ban turun beberapa kebaikan dari Allah SWT untuk hamba-hamba Nya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syaf'aat (pertolongan), maghfirah (ampunan), pembebasan dari azab dsb. Dengan demikian, malam Nisfu Sya'ban antara lain dinamakan juga malam syafa'at, malam maghfirah, & malam pembebasan.

Para ulama menamai malam Nishfu Sya’ban dengan beragam nama. Banyaknya nama-nama ini mengindikasikan kemuliaan malam tersebut.
1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.


Disebut malam maghfirah karena pada malam itu Allah SWT menurunkan ampunanNya kepada segenap penduduk bumi. Didalam hadist Rasulullah SAW bersabda,
"Tatkala datang malam Nisfu Sya'ban, Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang yang syirik dan berpaling pada-Nya."
(HR. Ahmad)


Rasulullah SAW telah memerintahkan kita semua untuk memperhatikan malam Nisyfu Sya’ban, dan berkahnya beramal sholeh pada malam itu diceritakan oleh Sayyidina Ali Rodliallahu anhu, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: 
"Jika tiba malam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman, 'Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni, Adakah orang meminta rizki, maka akan Aku beri rizki, Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan, Adakah begini atau begitu, Sampai terbitlah fajar'." 
(HR. Ibnu Majah)

Saudaraku yang diRahmati Allah, Sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, Shalat, zikir membaca Al-Qur'an, berdo'a & amal-amal salih lainnya.
Karena semua itu akan membuat Hati kita menjadi Bersih, seperti Sabda Rasulullah SAW yang Artinya;
"Siapa menghidup-hidupkan dua malam Hari Raya & malam Nishfu Sya'ban, maka tidak matilah Hatinya ketika umumnya hati (manusia) mati"
(Zahratur Riyadi)

Mari kita muliakan bulan Sya'ban yang mulia ini dengan banyak beribadah dan jangan melalaikannya dari ibadah dan taqarrub kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.



Dh/m








Keutamaan Bulan Rajab

Written By Din Hikmah on Kamis, 31 Mei 2012 | 08:30



Kitab Nuzhatul Majaalis Lil Imam Abdur Rahman Ash-Shafurii Asy-Syaafi'i

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ألا إن رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي فمن صام يوما من رجب إيمانا واحتسابا استوجب رضوان الله الأكبر واسكن الفردوس الأعلى

Baginda Nabi SAW bersabda :
Perhatikanlah, sesungguhnya Rojab adalah bulan Allah SWT, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadlan adalah bulan ummatku. Barang siapa puasa satu hari saja di bulan Rajab dengan penuh keimanan dan benar-benar ikhlas mengharapkan keridloan Allah SWT, maka sesungguhnya Allah SWT akan ridlo kepadanya dengan keridloan yang agung dan menempatkannya di sorga Firdaus yang tinggi
.
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : فضل رجب على سائر الشهور كفضل القرآن على سائر الكلام

Baginda Nabi SAW bersabda :
Keutamaan bulan Rajab dibanding bulan lainnya adalah seperti keutamaan Al-Qur’an dibanding perkataan lainnya

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من صام يوما من رجب فكأنه صام أربعين سنة

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa yang puasa sehari saja bulan Rajab maka dia mendapati keutamaan puasa 40 tahun
Jika puasa satu hari saja mempunyai keistimewaan yang luar biasa tersebut, apalagi jika ditambah. Maka bagi yang ingin mengharapkan pahala agung, diperbolehkan untuk menambah puasa lebih dari satu hari
.
عن ثوبان رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم مر على قبور فبكى فقال يا ثوبان هؤلاء يعذبون في قبورهم فدعوت الله أن يخفف عنهم يا ثوبان لو صام هؤلاء يوما من رجب وقاموا ليلة ما عذبوا فقلت يا رسول الله بصوم يوم وقيام ليلة يمنع عذاب القبر قال نعم والذي نفسي بيده ما من مسلم ولا مسلمة يصوم يوما من رجب ويقوم ليلة إلا كتب الله له عبادة سنة صوم نهارها وقيام ليلتها

Baginda Nabi SAW bersabda :
Dari shahabat Tsauban RA bahwa suatu ketika Baginda Nabi Muhammad SAW melewati kuburan, kemudian beliau menangis dan bersabda :
Tasuban, sesungguhnya mereka penghuni kuburan sedang disiksa, aku kemudian memohon kepada Allah SWT agar meringankan siksa mereka. Andaikan dulu (semasa hidupnya) mereka pernah puasa Rajab sehari saja dan qiyamul lail (sholat malam di bulan Rajab) semalam saja, niscaya mereka tidak akan disiksa.

Aku (Tasuban) bertanya : Wahai Rasuulullah, apakah dengan puasa sehari dan qiyamullail semalam saja mereka selamat dari siksa kubur ?

Beliau SAW bersabda : Benar, demi Allah SWT yang diriku dalam kekuasaan-Nya. Tiada seorang muslim laki-laki maupun perempuan yang puasa Rajab sehari dan qiyamul lail semalam kecuali Allah SWT tetapkan untuknya ibadah setahun penuh dengan selalu berpuasa dan qiyamul lail
.
قال علي رضي الله عنه : صوم ثالث عشر رجب كصيام ثلاثة آلاف سنة وصوم أربع عشر رجب كصيام عشرة آلاف سنة وصوم عشرين كصيام مائة ألف عام

Sayyidina Ali KW berkata :
Pahala puasa tanggal 13 Rajab adalah seperti puasa tiga ribu tahun. Pahala puasa pada tanggal 14 Rajab adalah seperti puasa sepuluh ribu tahun. Dan pahala puasa pada tanggal 20 Rajab adalah seperti puasa seratus ribu tahun.

من صام يوم السابع والعشرين من رجب وتصدق فيه كتب الله له بصيامه ألف حسنة وعتق ألف رقبة

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa puasa pada tanggal 27 Rajab dan bersedekah, maka Allah SWT memberikan pahala seribu kebaikan untuknya dan memerdekaan seribu budak.

وجاء في الخبر مرفوعا من صلى ليلة السابع والعشرين من رجب ركعتين يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب وقل هو الله أحد عشرين مرة فإذا فرغ صلى على النبي صلى الله عليه وسلم عشر مرات ثم يقول:

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa pada malam 27 Rajab  sholat dua rekaat. Setiap rekaat sesudah fatihah membaca Surat Al-Ikhlash 20 kali, dan sesudah sholat membaca sholawat 10 kali, kemudian membaca do’a

اللهم إني أسألك بمشاهدة أسرار المحبين، وبالخلوة التي خصصت بها سيد المرسلين حين أسريت به ليلة السابع والعشرين أن ترحم قلبي الحزين وتجيب دعوتي يا أكرم الأكرمين
فإن الله يجيب دعاءه ويرجو نداءه ويحيي قلبه يوم تموت القلوب

Maka sesungguhnya Allah SWT mengabulkan do’anya,
Dan menghidupkan hatinya di saat orang-orang dilanda ketakukan sampai mereka mati hatinya

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : أكرموا رجب يكرمكم الله ألف كرامة يوم القيامة ومن اغتسل أول رجب وأوسطه وآخره خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه

Baginda Nabi SAW bersabda :
Muliakanlah bulan Rajab (dengan tidak melakukan masiat serta memperbanyaki thoat), niscaya Allah SWT akan memuliakan kalian dengan 1.000 kemuliaan besok pada hari kiamat. Dan barang siapa mandi (taubat) pada permulaan bulan Rajab, dan pada pertengahan serta akhir bulan Rajab, niscaya diampuni dosanya bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia

DZIKIR DAN BACAAN DI BULAN RAJAB

قال الشيخ عبد القادر الكيلاني رضي الله عنه في الغنية يقال في أول ليلة من رجب :
Bahwa syaikh Abdul Qadir Al-Jailaniy RA dalam kitab Al-Gunyah mengatakan, bahwa untuk do’a pada malem Rajab, maka berdo’a

إلهي تعرض إليك في هذه الليلة المتعرضون . وقصدك القاصدون . وأمل معروفك وفضلك الطالبون . ولك في هذه الليلة نفحات ومواهب وعطايا تمن بها على من تشاء من عبادك . وتمنعها عمن لم تسبق له منك عناية . وها أنا عبدك الفقير إليك المؤمل فضلك ومعروفك . فجد علي بفضلك ومعروفك يا رب العالمين

Ya Allah Tuhanku, pada malam ini, hamba-Mu yang mengharapkan rahmat-Mu beribadah pada-Mu. Hamba-Mu yang menuju pada-Mu melakukan amal untuk-Mu. Hamba-Mu yang mengharapkan-Mu benar-benar menginginkan kebaikan dan anugerah-Mu. Ya Allah, di mala mini, hanya bagi-Mu semata segala anugerah dan pemberian rahmat kasih sayang yang Engkau berikan pada hamba-Mu yang Engkau kehendaki. Dan tidak Engkau berikan pada orang yang telah Engkau kehendaki celaka. Ya Allah, aku hamba-Mu yang senantiasa faqir dan mengharapkan anugerah dan kebaikan-Mu. Maka limpahkanlah kepada hamba-Mu yang miskin ini anugerah dan kebaikan-Mu.

عن النبي صلى الله عليه وسلم من قال كل يوم من العشر الأول من رجب : سبحان الحي القيوم مائة مرة وكل يوم من العشرة الثاني مائة مرة : سبحان الله الأحد الصمد ومن العشر الثالث مائة مرة : سبحان الله الرءوف لم يصف الواصفون ما يعطى من الثواب

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa pada bulan Rajab, setiap hari mulai tanggal 1 sampai 10 mengucapkan 100 kali bacaan :

سبحان الحي القيوم

Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Berdikari..
setiap hari mulai tanggal 11 sampai 20 mengucapkan 100 kali bacaan :

سبحان الله الأحد الصمد

Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Esa Dzat Yang Maha Mencukupi segala kebutuhan hamba-Nya.
setiap hari mulai tanggal 21 sampai akhir Rajab mengucapkan 100 kali bacaan :

سبحان الله الرءوف

Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Belas kasih sayang
Maka akan diberi pahala agung yang tidak bisa disifati/diketahui oleh siapapun

سئل النبي صلى الله عليه وسلم عمن عجز عن صيام رجب ما يصنع قال يتصدق كل يوم برغيف قيل فإن لم يجده قال يقول سبحان من لا ينبغي التسبيح إلا له سبحان الأعز الأكرم سبحان من له العز وهو له أهل

Baginda Nabi SAW ditanya tentang orang yang tidak mampu puasa Rajab, apakah yang dia lakukan sebagai gantinya ?
Maka Beliau SAW menjawab : “Hendaknya bersedekah setiap hari dengan sepotong roti”. Kemudian ditanyakan lagi bagaimana jika tidak mampu setiap hari bersedekah sepotong roti. ?
Maka Beliau SAW menjawab : “Hendaknya dia mengucapkan tasbih…

سبحان من لا ينبغي التسبيح إلا له سبحان الأعز الأكرم سبحان من له العز وهو له أهل

Maha Suci Allah SWT Dzat Yang tiada pantas tasbih kecuali kepada-Nya. Maha Suci Allah SWT Dzat Yang Maha Mulia dzat Yang Maha Dermawan. Maha Suci Allah SWT Dzat Yang kemuliaan hanya bagi-Nya semata, dan Dia-lah yang berhak memilikinya.

عن النبي صلى الله عليه وسلم من قال في رجب وشعبان ورمضان فيما بين الظهر والعصر أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه توبة عبد ظالم لا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا ولا موتا ولا حياة ولا نشورا، أوحى الله تعالى إلى الملكين أحرقوا كتاب سيئاته من ديوان صحيفته

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa yang pada bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadlan, antara waktu dhuhur dan Ashar senantiasa membaca istighfar :

أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه توبة عبد ظالم لا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا ولا موتا ولا حياة ولا نشورا

Aku mmohon ampunan kepada Allah SWT Dzat Yang Maha Agung Dzat Yang tiada Tuhan melinkan Dia, Dzat Yang Maha Hidup, Dzat Yang Maha Berdikari. Dan aku taubat (kmbali) kepada-Nya dengan taubat yang sesungguhnya sebagai hamba yang dholim (aniaya), hamba yang tiada memiliki manfaat ataupun madlorot pada dirinya, juga tiada memiliki kehidupan, kematian dan kebangktan untuk dirinya..
Maka Allah SWT printahkan kepada malaikat pencatat amal agar memusnahkan catatan amal jeleknya
.
KEUTAMAAN SEDEKAH DI BULAN RAJAB

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من تصدق في رجب باعده الله من النار كمقدار غراب طار فرخا حتى مات هرما

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa yang sedekah pada bulan Rajab maka Allah SWT jauhkan dia dari neraka sejauh jarak terbang seekor burung elang yang terbang dari kecil hingga mati tua.

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من فرج عن مؤمن كربة في رجب أعطاه الله في الفردوس قصرا مد بصره

Baginda Nabi SAW bersabda :
Barang siapa melapangkan ksulitan seorang mukmin di bulan Rajab, maka Allah SWT berikan istana di sorga Firdaus seluas pandangan matanya.

Penjelasan mengenai Isra' Mi'raj

قال العلامة الشيخ محمد نووى الشافعي البنتني الجاوى في كتابه نور الظلام صحيفة ٤٢ 

و ليس الله سبحانه و تعالى فى مكان و لا جهة تنزه الله عن ذلك و إنما المكان منسوب الى النبى صلى الله عليه و سلم قال صلى الله عليه و سلم لا تفضلوني على يونس بن متى أى لا تظنوا أني أقرب الى الله من يونس بن متى حيث ارتقى بي فوق السموات السبع و يونس في قعر البحر في بطن الحوت فكلانا بالنسبة للقرب منه على حد سواء

Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Nawawiy Asy-Syafi'iy Al-Bantaniy Al-Jawiy dalam kitabnya " Nur Adh-Dholam" syarah 'Aqidatul 'Awam halaman 42 baris 3-6 mengatakan:

Allah Ta'ala tidak berada di suatu tempat maupun arah , Maha suci Allah dari yang demikian (bertempat atau berarah) , tempat hanya dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Sholla Allahu 'alaihi wa sallam. Rosulullah sholla Allahu 'alaihi wasallam bersabda : Janganlah kamu menganggap aku lebih utama daipada Nabi Yunus bin Matta , maksudnya : Janganlah kamu berprasangka bahwa aku lebih dekat kepada Allah daripada Nabi Yunus hanya karena Allah mengangkat aku ke atas langit yang tujuh sedangkan Nabi Yunus berada didasar lautan didalam ikan , masing-masing dari kami berdua nisbat kedekatan dari Allah ada pada batasan yang sama. 

Ini menunjukkan bahwa Allah tidak menempati langit atau 'arsy atau suatu tempat karena Allah ada tanpa tempat dan arah.

Shahabat 'Ali bin Abu tholib radliya Allahu 'anh ditanya:

Dimana Tuhan kita sebelum menciptakan 'arsy?
Shohabat sayyidin 'Ali : Dimana itu menanyakan tempat , Allah ada tanpa tempat dan zaman , Ia tidak mengalami perubahan .

عن علي بن أبي طالب كرّم الله وجهه أنه سُئل أين كان ربنا قبل أن يخلق العرش ؟ فقال رضي الله عنه :أين سؤال عن المكان ،وكان الله تعالى ولا مكان ولا زمان ،وهو الآن كما كان

Sayyid Ja'far Ash-Shodiq berkata: Tauhid itu tiga perbuatan :
1. Mengenal Allah bahwa Allah tidak dari sesuatu
2. Mengenal Allah bahwa Allah tidak didalam sesuatu
3. Mengenal Allah bahwa Allah tidak diatas sesuatu

Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah dari sesuatu maka berarti mensiafati Allah bahwa Allah adalah makhluk , maka ia kafir

Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah didalam sesuatu maka berarti mensifati Allah bahwa Allah adalah mahdud / sesuatu yang dibatasi , maka ia kafir

Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah diatas sesuatu maka berarti mensifati Allah bahwa Allah membutuhkan , maka ia kafir

وعن جعفر الصادق رضي الله عنه أنه قال :التوحيد ثلاثة أحرف أن تعرف أنه ليس من شىء ،ولا في شىء ، ولا على شىء
لأنّ مَن وصَفه أنه مِن شىء فقد وصفه أنه مخلوق فيكفر
ومَن وصفه أنه في شىء فقد وصفه أنه محدود فيكفر
ومَن وصفه أنه على شىء،فقد وصفه أنه مُحتاج فيكفر

صفحة 52 من بحر الكلام للإمام أبي المعين النسفي (ميمون بن محمد المُتوفّى سنة 508 هجرية رضي الله عنه

قال الإمام عبدالقاهر البغدادي (429 هـ.) في كتابه الناسخ والمنسوخ إن من أثبت لله تعالى الحد أي المساحة والجهة والمكان، فهو كافر لا تؤكل ذبيحته.

Imam 'Abdul Qohir Al-Baghdadiy (429 H) berkata: Sesungguhnya orang yang menetapkan bagi Allah batasan , arah dan tempat ialah kafir tidak halal dimakan sembelihannya

Setelah membaca beberapa artikel yang mudah ditemui pada banyak link di internet yang menyatakan bahwsanya puasa pada bulan Rajab tidak ada dasarnya, kami tergerak untuk melacak pendapat para ulama di kalangan madzahib al-Arba’ah yang note bene mereka adaah orang sholih dan lebih mengerti tentang syariat. Dan ternyata setelah kami lacak, para ulama di kalangan madzahib menyatkan bahwasanya puasa pada bulan Rjab adalah sunnah, kecuali para ulama dari kalangan madzhab Habilah yang menyatakan bahwa puasa satu bulan penuh pada bulan Rajab adalah makruh, meskipun kemakruhannya bisa dihilangkangkan dengan cara tertentu seperti keterangan yang akan kami sampaikan dibawah.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (التوبة: 36)

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (at-Taubah: 36)

Di dalam menafsiri ayat ini syaikh Ibnu Katsir menyampaikan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Ayshur al-Hurum adalah; bulan Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab. Hadits tersebut adalah:

قال الإمام أحمد: حدثنا إسماعيل، أخبرنا أيوب، أخبرنا محمد بن سيرين، عن أبي بَكْرَة، أن النبي صلى الله عليه وسلم خطب في حجته، فقال: "ألا إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق الله السموات والأرض، السنة اثنا عشر شهرًا، منها أربعة [حرم، ثلاثة] متواليات: ذو القعدة، وذو الحجة، والمحرم، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان".

تفسير ابن كثير 4/144

Malikiyyah

Para ulama madzhab Malikiyyah menyatakan bahwasanya melakukan puasa di bulan Rajab adalah merupakan salah satu macam puasa yang disunnahkan. Ibarot yang menyatakan seperti itu adalah:

وهو يعدد الصوم المستحب : (والمحرم ورجب وشعبان) يعني : أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم.

شرح الخرشي على خليل 2/241

التنفل بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج.

مقدمة ابن أبي زيد مع اشرح لفواكه الدواني 2/ 272

و كذلك صوم شهر ( رجب ) مرغب فيه.

كفاية الطالب الرباني 2/407

(و) ندب صوم ( المحرم ورجب وشعبان ) وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة والحجة.

شرح الدردير على خليل 1/513

Hanafiyyah

Ulama madzhab Hanafiyyah juga menyatakan bahwasanya puasa Rajab adalah sunnah. Ibarohnya adalah:

( المرغوبات من الصيام أنواع ) أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء.

الفتاوي الهندية 1/202

Syafi’iyyah

Ulama madzhab Syafi’iyyah juga menyatakan bahwasanya puasa di bulan Rajab adalah disunnahkan. Ibarot yang menyatakan demikian adalah:

قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم , قال الروياني في البحر : أفضلها رجب , وهذا غلط ; لحديث أبي هريرة الذي سنذكره إن شاء الله تعالى { أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم.

المجموع شرح المهذب 6/439



( وأفضل الأشهر للصوم ) بعد رمضان الأشهر ( الحرم ) ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب

أسنى المطالب 1/433

أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم { أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ثم رجب } خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها ثم شعبان.

مغني المحتاج 2/187

اعلم أن أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم شعبان.

نهاية المحتاج 3/211

Di dalam kitab al-Hawi Li al-Fatawa imam as-Suyuti menjelaskan tentang derajat hadits yang menyatakan tentang keutamaan puasa bulan Rajab. Beliau menjelaskan bahwasanya hadits-hadits tersebut bukan berstatus maudlu’ (palsu) tetapi hanya berstatus dlaif yang sehingga boleh diriwayatkan dalam rangka untuk fadhailul a’mal.

مسألة - في حديث أنس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن في الجنة نهرا يقال له رجب ماؤه أبيض من اللبن وأحلى من العسل من صام يوما من رجب سقاه الله من ذلك النهر، وحديث أنس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من صام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب له عبادة سبعمائة سنة، وحديث ابن عباس قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من صام من رجب يوما كان كصيام شهر ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه أبواب الجحيم السبعة ومن صام منه ثمانية أيام فتحت له أبواب الجنة الثمانية ومن صام منه عشرة أيام بدلت سيئاته حسنات هل هذه الأحاديث موضوعة وما الفرق بين الضعيف والغريب.



الجواب – ليست هذه الأحاديث بموضوعة بل هي من قسم الضعيف الذي تجوز روايته في الفضائل, أما الحديث الأول فأخرجه أبو الشيخ ابن حيان في كتاب الصيام, والأصبهاني, وابن شاهين – كلاهما في الترغيب – والبيهقي, وغيرهم قال الحافظ ابن حجر: ليس في اسناده من ينظر في حاله سوى منصور بن زائدة الأسدي وقد روي عنه جماعة لكن لم أر فيه تعديلا, وقد ذكره الذهبي في الميزان وضعفه بهذا الحديث. واما الحديث الثاني فأخرجه الطبراني, وأبو نعيم, وغيرهما من طرق بعضها بلفظ عبادة سنتين, قال ابن حجر: وهو أشبه ومخرجه أحسن وإسناد الحديث أمثل من الضعيف قريب من الحسن. أما الحديث الثالث فأخرجه البيهقى في فضائل الأوقات وغيره وله طرق وشواهد ضعيفة لا تثبت إلا أنه يرتقي عن كونه موضوعا. وأما الفرق بين الضعيف والغريب فإن بينهما عموما وخصوصا من وجه فقد يكون غريبا لا ضعيفا لصحة سنده أو حسنه, وقد يكون ضعيفا لا غريبا لتعدده إسناده وفقد شرط من شروط القبول كما هو مقرر في علم الحديث.

الحاوي الفتاوى للسيوطي 1/339

Hanabilah

Para ulama madzhab Habilah menyatakan bahwsanya menyendirikan berpuasa di bulan Rajab secara keseluruhan (satu bulan penuh) adalah makruh meskipun terdapat pendapat lain (qiil) yang menyatakan sunnah. Apabila menyela-nyelaninya dengan tidak puasa meski dengan satu hari atau dengan mengirinya dengan puasa pada bulan sebelum Rajab maka hukum kemakruhannya adalah hilang.

فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم . قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما لا يصومه كله ... قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا , يفطر فيه ولا يشبهه برمضان.

قال ابن قدامة في المغني 3/53

فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال أحمد : يروى فيه عن عمر أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما.

الفروع لابن مفلح 3/118

( ويكره إفراد رجب بالصوم ) . هذا المذهب , وعليه الأصحاب , وقطع به كثير منهم . وهو من مفردات المذهب , وحكى الشيخ تقي الدين في تحريم إفراده وجهين . قال في الفروع : ولعله أخذه من كراهة أحمد.

تنبيه : مفهوم كلام المصنف : أنه لا يكره إفراد غير رجب بالصوم . وهو صحيح لا نزاع فيه . قال المجد : لا نعلم فيه خلافا.

فائدتان . إحداهما : تزول الكراهة بالفطر من رجب , ولو يوما , أو بصوم شهر آخر من السنة . قال في المجد : وإن لم يله

الثانية : قال في الفروع : لم يذكر أكثر الأصحاب استحباب صوم رجب وشعبان . واستحسنه ابن أبي موسى في الإرشاد

قال ابن الجوزي في كتاب أسباب الهداية : يستحب صوم الأشهر الحرم وشعبان كله , وهو ظاهر ما ذكره المجد في الأشهر الحرم , وجزم به في المستوعب , وقال : آكد شعبان يوم النصف , واستحب الآجري صوم شعبان , ولم يذكر غيره , وقال الشيخ تقي الدين : في مذهب أحمد وغيره نزاع . قيل : يستحب صوم رجب وشعبان , وقيل : يكره . يفطر ناذرهما بعض رجب.

قال المرداوي في الإنصاف 3/346

Hadits-hadits yang menunjukkan sunnahnya puasa Rajab diantaranya adalah:

عن أسامة بن زيد قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان

سنن النسائي 4/201

عن مجيبة الباهلية عن أبيها أو عمها أنه : أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم انطلق فأتاه بعد سنة وقد تغيرت حالته وهيئته فقال يا رسول الله أما تعرفني قال ومن أنت قال أنا الباهلي الذي جئتك عام الأول قال فما غيرك وقد كنت حسن الهيئة قال ما أكلت طعاما إلا بليل منذ فارقتك فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لم عذبت نفسك ثم قال صم شهر الصبر ويوما من كل شهر قال زدني فإن بي قوة قال صم يومين قال زدني قال صم ثلاثة أيام قال زدني قال صم من الحرم واترك صم من الحرم واترك صم من الحرم واترك وقال بأصابعه الثلاثة فضمها ثم أرسلها

سنن أبي داود 2/322

قوله صلى الله عليه وسلم : { صم من الحرم واترك } إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة

قاله الإمام النووي في المجموع 6/439

DALIL-DALIL KEMULIAAN BULAN RAJAB

QS At-Taubah 9:36

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.

Yang dimaksud empat bulan haram (mulia) adalah Rajab, Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram. Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih) Nabi bersabda:

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا , مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ , ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ : ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ , وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: Tahun itu ada 12 bulan. Yang empat adalah bulan mulia (haram) yaitu Dzul Qo'dah, Dzul HIjjah, Muharram dan Rajab.

DALIL PUASA DALAM BULAN RAJAB

- Hadits riwayat Abu Daud, Ahmad, Baihaqi, Ibnu Said

صم من الحُـرُم واترك، صم من الحرم واترك

Artinya: Berpuasalah pada bulan-bulan haram (mulia), dan tinggalkan.

Dan Rajab termasuk dari bulan yang mulia yang empat.

Hadits riwayat Nasa'i dan Ahmad dari Usamah bin Zaid

أسامة بن زيد قال: قلت: يا رسول الله، لم أرك تصوم شهراً من الشهور ما تصوم من شعبان، قال: "ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

Artinya: Usama bin Zaid berkata: Saya berkata pada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa satu bulan dari beberapa bulan Sya'ban.' Nabi bersabda: "Itu adalah bulan yang dilupakan manusia antara bulan Rajab dan Ramadan. Ia adalah bulan saat amal-amal perbuatan diangkat ke Allah. Maka aku suka amalku diangkat saat aku sedang puasa."

PENDAPAT SUNNAH-NYA PUASA BULAN RAJAB

Sebagian besar ulama (jumhur) menghukumi sunnah berpuasa pada bulan Rajab dengan 2 argumen.

Pertama, adanya hadits yang menganjurkan untuk berpuasa sunnah.

Kedua, adanya hadits yang menganjurkan untuk puasa pada bulan-bulan haram (mulia). Dan Rajab termasuk bulan haram.

Asy-Syaukani dalam Nailul Authar mengomentari hadits Usamah bin Zayd di atas menyatakan:

ظاهر قوله في حديث أسامة إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب صوم رجب

Artinya: Pemahaman yang dzahir dari hadits Usamah (bin Zayd) di atas adalah bahwa bulan Sya'ban adalah bulan yang banyak dilupakan orang yang letaknya antara bulan Rajab dan Ramadan. Dan bahwa sunnah hukumnya berpuasa pada bulan Rajab.

Al-Mardawi dalam kitab Al-Inshaf III/245 menyatakan:

وأما صيام بعض رجب، فمتفق على استحبابه عند أهل المذاهب الأربعة لما سبق، وليس بدعة

Artinya: Adapun berpuasa pada sebagian bulan Rajab ulama dari madzhab empat sepakat atas sunnahnya. Dan bukan bid'ah.

PENDAPAT MAKRUH ATAU HARAM-NYA PUASA BULAN RAJAB

Ahmad bin Hanbal (Madzhab Hanbali) berkata:

وأما رجب فأحب إليّ أن أفطر منه

Artinya: Saya lebih senang tidak puasa pada bulan Rajab.

Al-Mardawi dalam Al-Inshaf menyatakan:

وَيُكْرَهُ إفْرَادُ رَجَبٍ بِالصَّوْمِ

Artinya: Mengkhususkan puasa Rajab (sebulan penuh) hukumnya makruh.

Imam Suyuthi dalam Amr bil Ittiba' menyatakan:

وَيُكْرَهُ إفْرَادُ رَجَبٍ بِالصَّوْمِ

Artinya: Makruh mengkhususkan pada bulan Rajab.

Imam Syafi'i dalam qaul qadim memakruhkan puasa Rajab sebulan penuh 

وأكره أن يتخذ الرجل صوم شهر بكماله كما يكمل رمضان، وكذلك يوماً من بين الأيام

Ibnu Uthaimin, tokoh ulama Wahabi, mengharamkan puasa Rajab karena dianggap bid'ah. Dalam Majmuk Al-Fatawa Ibnu Utsaimin dia mengatakan:

صيام اليوم السابع العشرين من رجب وقيام ليلته وتخصيص ذلك بدعة , وكل بدعة ضلالة " انتهى .

Artinya: Puasa pada hari ke 27 bulan Rajab dan bangun malam adalah bid'ah. Dan setiap bid'ah itu sesat.

KESIMPULAN

Berpuasa bulan Rajab hukumnya sunnah berdasarkan hadits yang menganjurkan sunnahnya berpuasa pada bulan-bulan haram. Tetapi mengkhususkan berpuasa sebulan penuh pada bulan Rajab--sementara bulan haram lain tidak--adalah makruh. Menurut ulama Wahabi, puasa bulan Rajab termasuk bid'ah yang sesat dan haram.

RAJAB DAN KEMULIANNYA

Bulan rajab adalah bulan yang sangat mulia dan agung, penuh barokah dan hikmah, ibadah pada bulan ini dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, do'a-do'a diijabah, dan pintu taubat dibuka lebar-lebar siap menerima siapapun juga yang hendak bertaubat kepada Allah. Seperti diriwayatkan oleh Al-imam Ibnu ‘Asakir dari Abu Umamah RA bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ada lima malam yang tidak akan ditolak do'a-do'a di dalamnya, malam pertama bulan rajab, malam pertengahan sya’ban (nisfu sya’ban), malam jumat, malam idul fitri dan malam idul adha”.
Dan cukup kiranya sebagai kemuliaan bulan ini di mana Allah Ta’ala menjadikannya salah satu dari empat bulan yang dinamakan Asyhurul Hurum (bulan yang terhormat). Sebagaimana dalam Al Quran Allah berfirman, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (mulya). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."
(QS. At Taubah 36)

Mengenai Asyhurul Hurum ini Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan kepada kita bahwa empat bulan tersebut adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Seperti dalam riwayat Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Bakrah RA.
Bahkan sebagian Ulama berpendapat bahwa dari keempat bulan ini yang paling utama adalah bulan Rajab, sementara yang lain berpendapat bulan Muharram.

Sahabat Ibnu Abbas RA mengatakan tentang kemulyaan empat bulan ini, “Allah telah mengkhususkan empat bulan, dimana Allah menjadikannya penuh kemulyaan, dosa-dosa di bulan ini lebih besar daripada bulan lainnya, begitu pula amal sholeh dan pahala”.
Bahkan Nabi Muhammad SAW menunjukkan kemulyaan bulan Rajab ini dengan menyandarkannnya kepada Allah SWT, dimana beliau bersabda, “Rajab adalah Bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”.
(HR. Abul Fath bin Abil Fawaris dari Hasan al Bashri, hadits mursal)

Tidaklah sesuatu disandarkan kepada Allah kecuali pasti itu adalah sesuatu yang sangat mulya dan di dalamnya tersimpan rahasia dan keberkahan. Maka dari sinilah kemudian banyak Ulama memberi nama bulan ini sesuai dengan maqam, dan keluasaan daya talar ilmu dan pemikiran mereka masing-masing, sebagian berkata bahwa bulan Rajab adalah bulan Istighfar, artinya bulan yang sangat layak bagi umat untuk memperbanyak istighfar dan taubat di dalamnya, sebagian berkata Rajab adalah bulan Rahmah, artinya bulan yang penuh dengan Rahmat Allah SWT, yang lain berpendapat Rajab adalah bulan ar Rajm, artinya bulan yang didalamnya dirajm (dijauhkan) musuh dan syaitan dari para Auliya’ dan sholihin.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa Rajab adalah bulan penanaman benih, Sya’ban bulan untuk menyirami benih tersebut dan Ramadhan adalah bulan untuk menuai (memetik) hasil dari tanaman yang tumbuh dari benih itu. Ketahuilah bahwa benih yang dimaksud disini adalah amal sholeh.

Sebagian yang lain mengatakan rajab adalah Mausimut Tijaarah (saat untuk berdagang), maksudnya adalah bulan untuk kita memperbanyak keuntungan dengan bermu’amalah bersama Allah SWT, yakni dengan beribadah, membersihkan hati dan membenahi jiwa. Ragam apapun ibadah tersebut, seperti solat, dzikir, sholawat, bersodaqah, berbuat baik kepada saudara seiman, membaca Al Quran dan termasuk menghadiri majelis ilmu. Yang penting kita berusaha makin bertambah umur, makin bertambah dekat kepada Allah.

Inilah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan begitu saja, memang kadang manusia tidak sadar, berapa banyak umurnya berlalu sia-sia untuk sesuatu yang sia-sia, bukankah setiap nafas dan setiap detik dari umurnya akan dipertanyakan oleh Allah SWT?
Dari sekian banyak kemulyaan yang disandang oleh bulan Rajab ini, disana ada keistimewaan yang tidak ada tandingannya yang tidak bisa dinilai keagungannya, yaitu pada bulan ini pula terjadi peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yaitu pada malam 27 Rajab, memang ada yang berpendapat bulan Rabiul Awwal atau Rabiuts Tsani, adapun tahunnya Al Imam Az Zuhri, ‘Urwah bin Zubeir dan Ibnu sa’ad serta sebagian besar ahli siroh (sejarah) mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj ini terjadi setahun sebelum beliau SAW hijrah ke Madinah al Munawwarah.

Ini adalah suatu perjalanan luar biasa di luar kemampuan manusia biasa, peristiwa yang tidak akan pernah terjadi selain kepada Rasulullah SAW, peristiwa berjumpanya sang kekasih dengan kekasihnya. Dengan perjalanan ini Allah SWT ingin menunjukkan kebesaran dan keagunganNya kepada sang Nabi yang mulya ini, begitu pula Dia berkenan memperkenalkan dan menunjukkan keagungan Nabi Muhammad kepada seantero alam, seluruh penduduk langit dan bumi. Sehingga setiap Nabi dan Rasul serta malaikat yang berjumpa dengan beliau mengucapkan salam perhormatan.

Inilah perjalanan yang penuh berkah dan hikmah yang sudah Allah tentukan hanya untuk Nabi Muhammad SAW, lidah tidak akan mampu mengungkapkan secara detail peristiwa ini, pena tidak mampu menulis seluruh keajaiban yang terjadi disana, sekalipun banyak para Imam dan Ulama berkarya untuk mengungkapkan peristiwa mulya ini yang tentunya berdasarkan hadits-hadits dan atsar, namun tidak satupun mampu mencakup semuanya secara mendetail dan terperinci serta mengungkap rahasia-rahasia yang tersimpan dalam semua itu. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahuinya.

Berkenaan dengan Isra’ Mi’raj ini Allah SWT berfirman dalam Al Quran, "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." 
(QS. Al Israa’ ayat 1)

Begitupula banyak sekali riwayat dari Rasullullah SAW dimana beliau sendiri menjelaskan dan menceritakan peristiwa ini di hadapan para sahabat, hadits-hadits itu disebutkan oleh para Imam Hadits maupun Tafsir dalam kitab-kitab mereka, diantaranya al Imam al Bukhori, Muslim, Ahmad bin Hambal, at Tirmidzi, an Nasai, al Baihaqi, Ibnu Jarir at Thabari dan lainnya.

Dan Isra’ Mi’raj ini telah diriwayatkan dari kelompok besar sahabat Rasulullah SAW, diantaranya Abu Hurairah, Abu Dzar, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Abu Sa’id al Khudry, Syaddad bin Aus, Ubay bin Ka’ab dan lainnya, maka dari sinilah kemudian para Imam berpendapat keterangan atau riwayat yang datang dalam rangka menjelaskan peristiwa ini adalah riwayat Mutawaatirah, artinya barang siapa yang mengingkarinya maka kafirlah orang tersebut, sebab selain status haditsnya adalah hadits mutawatir di samping itu peristiwa ini tergolong ‘ulima minad diin bidh dhorurah, artinya diketahui secara umum oleh seluruh lapisan umat dan tidak tersembunyi.

Dan perlu diketahui bahwa Ulama dan Muhaqqiqun bersepakat bahwa Isra’ Mi’raj ini dilakukan dalam keadaan terjaga atau nyata, bukan dalam mimpi seperti dikatakan sebagian orang, dan Nabi Muhammad Isra' Mi'raj dengan jasad dan ruh beliau. Dan dalam Mi’raj itu beliau SAW berjumpa dan melihat Allah Ta’ala dan berbicara denganNya, tanpa kita bertanya bagaimana bahasaNya dan bagaimana caranya, kita hanya wajib beriman akan hal itu tanpa bertanya sesuatu yang bukan urusan kita. Allah dan RasulNya lebih tahu hal tersebut.

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq bahwa Marwan bertanya kepada Abu Hurairah RA,“Apakah Nabi Muhammad melihat Rabbnya”, 
Beliau menjawab: “Ya”. Bahkan Al Hasan Al Bashri bersumpah dengan nama Allah bahwa Nabi Muhammad benar-benar melihat Allah SWT dalam Mi’raj itu. Wallahu A’lam.

Dinukil dari kitab as Sirah an Nabawiyah (DR. Muhammad Abu Syahbah), Dzikrayat wa Munasabat (DR.As Sayyid Muhammad bin Alawy al Hasany), Kanzun Najah was Surur (As Syaikh ‘Abdul Hamid Kudus), Mujazul Kalam (As Syeikh Muhammad bin Ali ad Du’any).






Fadhilah Bulan Rajab

Written By Din Hikmah on Rabu, 23 Mei 2012 | 15:30


Referensi; Kitab Duratun Nasihin
Hikayah:
"Ada Seorang wanita di Baitul Muqaddas yang taat beribadah kepada Allah SWT, bila bulan Rajab tiba ia sambut dengan membaca surat Al-Ikhlas 10x, pakaian kebesaran nya dilepas dan ia ganti pakaian biasa.
Tiba-tiba pada suatu bulan Rajab ia jatuh sakit dan berpesan kepada anaknya, jika ia meninggal supaya diMakamkan berikut pakaian biasa yang dibuat untuk menyambut bulan Rajab.
Ternyata setelah ia meninggal, anaknya merasa malu kepada umumnya masyarakat bila memenuhi pesan ibu nya, maka dibungkus lah mayat ibunya dengan kain kafan yang mahal.
Dan pada suatu malam ia mimpi bertemu ibu nya, kata ibu: "Hai anakku, kenapa engkau abaikan pesanku, sungguh aku tidak rela padamu".
Bangun lah ia merasa terkejut dan takut meliputi dirinya. Maka pagi hari nya ia menggali makam ibu nya, namun mayat nya tidak ada, dan cemas lah ia sambil menangis.
Di tengah-tengah menangis terdengar lah suara memanggil nya: "Ketahui lah bahwasanya siapa memuliakan Bulanku ( Rajab), aku tidak bakal membiarkannya kesepian didalam kubur nya."
(Zubdatul Wa'idhin)

Dalam Shahih Bukhari-Muslim, Nabi SAW Bersabda;
"Bahwasanya di Surga ada sebuah bengawan Rajab, air nya putih melebihi susu, manis melebihi Madu, siapa puasa sehari diBulan Rajab, pasti Allah memberi nya minum dari bengawan Tersebut."
(A'rajiyah)

Dari Aisyah ra, Nabi SAW bersabda;
"Kelak di Hari Kiamat seluruh manusia dalam keadaan lapar, kecuali para Nabi dan keluarganya, serta orang-orang yang berpuasa Rajab, puasa Sya'ban dan puasa Ramadhan. mereka tetap dalam keadaan tenang, tidak merasa lapar atau pun dahaga."
(Zubdatul Wa'idhin)

Rasulullah SAW Bersabda;
"Siapa menyambut kehadiran malam pertama bulan Rajab dengan aktifitas keagamaan, seperti Shalat malam, baca Qur'an, dzikir dan lain-lain. maka ia berjiwa hidup sekalipun umumnya manusia mati hati nya, dan Allah mencurahkan kebaikan dari (fikiran) bawah kepala nya, ia bersih dari dosa seperti baru lahir dari kandungan ibu nya, dan ia di izin kan mensyafa'ati 70.000 ahli berdosa yang seharus nya di Neraka."
(dikutip dari kitab Lubil Albab, karya Maula Tajul 'Arifin/A'rajiyah)

Bulan Rajab adalah bulan ke tujuh dari penggalan Islam qomariyah (hijriyah). Peristiwa Isra Mi’raj  Nabi Muhammad  shalallah ‘alaih wasallam  untuk menerima perintah salat lima waktu terjadi pada 27 Rajab ini.

Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat  bulan haram, ketiganya secara berurutan  adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri,  Rajab.
إِنَّعِدَّةَالشُّهُورِعِندَاللّهِ اثْنَاعَشَرَشَهْرًا فِيكِتَابِاللّهِ يَوْمَخَلَقَالسَّمَاوَاتوَالأَرْضَمِنْهَاأَرْبَعَةٌحُرُمٌذَلِكَالدِّينُ الْقَيِّمُفَلاَتَظْلِمُواْفِيهِنَّ أَنفُسَكُمْوَقَاتِلُواْالْمُشْرِكِينَكَآفَّةًكَمَايُقَاتِلُونَكُمْكَآفَّةًوَاعْلَمُواْأَنَّاللّهَ مَعَالْمُتَّقِينَ
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (yakni Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."
(QS. At-Taubah:36)

Hukum Puasa Rajab

Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadist sahih imam Muslim. Bahkan  berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan. 
Nabi SAW bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan  Rajab).

Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum  di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram.

Sehubungan hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” 
(Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim).

Niat Puasa Rajab;
نويت صوم شهر رجب سنة لله تعالى 
NAWAITU SAUMA SYAHRI RAJAB SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
“ Saya niat puasa bulan Rajab , sunnah karena Allah ta’ala.”


Untuk Membaca Artikel Bulan Rajab Terdahulu silahkan Klik;



(Din Muhammad 'ilyas)






Jangan Jadikan Bid'ah Sebagai Perpecahan Umat

Written By Din Hikmah on Kamis, 17 Mei 2012 | 16:30


الحمد لله الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نتوب إليه, و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و من سيئات أعمالنا, من يهده الله فلا مضل له و من يضلل فلا هادي له, و أشهد أن لا إله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمد عبده و رسوله لا نبي بعده, اللهم صلي و سلم و بارك علي سيدنا و نبينا محمد سيد المرسلين و إمام المتقين و خاتم النبيين و علي أله الطاهرين و أصحابه الطيبين الطاهرين و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين, أما بعد

فيا عباد الله أصيكم و اياي بتقوالله و قد فاز المتقون, اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن الا و أنتم مسلمون. قال الله تعالي في القرأن الكريم..أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الر حمن الرحيم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً.



Ma’asyirol muslimin jamaah jumah rahimakumullah…
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kita nikmat Iman dan Islam sehingga berkat hidayah ‘inayah serta taufiq Nya hingga saat ini kita selalu dapat menjalankan syariat-syariat yang telah digariskan olehNya salah satunya dengan menjalankan ibadah wajib berupa sholat jum’at yang sedang kita laksanakan saat ini.

Sholawat ma’as salam sudah seharusnya tak henti-hentinya kita haturkan ke haribaan junjungan kita, Pamungkas para Nabi dan Rasul sekaligus pemberi syafaat kepada ummatnya di hari kiamat nanti, Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kita termasuk di dalam golongan orang-orang yang akan mendapat syafaat beliau. Amin yaa robbal alamin.

Selanjutnya untuk mengawali khutbah singkat izinkan khotib berwasiat kepada diri khotib khususnya dan kepada hadirin jamaah sholat jum’ah umumnya untuk selalu bertaqwa dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, dengan melaksanakan segala perintah Allah dengan ikhlas sekaligus menjauhi segala yang tidak disukai oleh Allah serta meninggalkan segala seusuatu yang dilarang oleh Allah SWT, seraya berharap kita dapat mengakhiri hidup yang hanya sementara ini dengan husnul khotimah.

Ma’asyirol muslimin jamaah jumah rahimakumullah…
Akhir-akhir ini kaum muslimin dihadapkan dengan sebuah ujian berat berupa ancaman perpecahan mengatasnamakan perbedaan aliran, syariat, bahkan perbedaan aqidah. Sadar atau tidak sadar, hal ini sudah seharusnya kita hindari, karena jika kita terlena terhadap perbedaan-perbedaan tersebut maka umat muslim sendiri lah yang akan menanggung segala akibatnya, dan akan semakin membuat musuh-musuh Islam tertawa dan berpesta serta semakin memojokkan posisi kaum muslimin.

Perbedaan-perbedaan tersebut semakin hari kian meruncingkan masalah dengan saling mempersalahkan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh ada suatu golongan yang mencibir amaliah golongan lain dengan menganggap apa yang tidak sesuai dengan yang mereka kerjakan serta mereka yakini adalah sebuah perbuatan bid’ah yang ganjarannya adalah neraka. Lebih parahnya lagi mereka yang mencibir tidaklah sepenuhnya memahami apa yang mereka pedomani. Mereka bahkan tidak mau menerima argument dari golongan lain serta menganggap paham mereka lah yang paling benar. Oleh karenanya dalam kesempatan yang singkat ini khotib akan sedikit mengulas tentang fasal bid’ah berserta dasar-dasar hokum yang berkaitan dengan bid’ah, khotib berharap dengan pemaparan ini kita semua dapat membuka hati kita untuk lebih dapat menerima pandangan orang lain, membuka cakrawala pemikiran kita bahwa ada pendapat mengenai bid’ah dengan versi lain dari apa yang pernah kita ketahui dan kita yakini, sehingga kedepan kita tidak terjebak dalam perdebatan-perdebatan tidak berujung.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Dalam kamus Al Munawir kata بِدْعَةٌ yang merupakan jama’ dari kata  بِدَعٌsecara lughowi diartikan sebagai “perkara baru dalam agama”. Sedangkan secara istilahi terdapat bermacam-macam makna diantaranya seperti yang termaktub dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari. Dalam kitab tersebut istilah "bid’ah" ini disandingkan dengan istilah "sunnah". Seperti dikutip Syeikh Hasyim Asy’ari, menurut Syaikh Zaruq dalam kitab ‘Uddatul Murid, kata bid’ah secara syara’ adalah munculnya perkara baru dalam agama yang kemudian mirip dengan bagian ajaran agama itu, padahal bukan bagian darinya, baik formal maupun hakekatnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang terdapat dalam kitab Riyadlus Sholihin Hal. 62 disebutkan :


عَنْ أُمِّ اْلمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ فىِ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (متفق عليه)


Artinya : ”Barangsiapa memunculkan perkara baru dalam urusan kami (agama) yang tidak merupakan bagian dari agama itu, maka perkara tersebut tertolak”.
Nabi juga bersabda yang termaktub dalam kitab Riyadlus Solihin hal. 62:


أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله, وَ خَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ, وَ شَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا, وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه مسلم


Yang artinya : ”Amma ba’du, maka sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah hal yang baru dan setiap bid’ah adalah sesat”.

Menurut para ulama’, kedua hadits ini tidak berarti bahwa semua perkara yang baru dalam urusan agama tergolong bidah, karena mungkin saja ada perkara baru dalam urusan agama, namun masih sesuai dengan ruh syari’ah atau salah satu cabangnya (furu’). Al Imam Al Hafiz Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa perbuatan bid’ah yang dimaksud dalam hadist tersebut adalah hal-hal yg tidak sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Bid’ah dalam arti lainnya adalah sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya, sebagaimana firman Allah SWT:


بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ...الأية


Yang artinya : “Allah yang menciptakan langit dan bumi”. (Al-Baqarah 2: 117).

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Terdapat sebuah hadist Nabi juga yang berbunyi  كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ yang artinya : “Semua bid’ah itu adalah sesat dan semua kesesatan itu di neraka”.
Jika kita memahami redaksi hadist ini secara lafdziah maka sudah pasti dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang baru dalam agama (dalam hal ini segala sesuatu yang tidak pernah ada pada zaman nabi) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah sudah pasti sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Namun demikian, mari coba kita kaji dari sudut pandang ilmu balaghogh. KH. A.N. Nuril Huda, dalam "Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) Menjawab" menjelaskan kajian terhadap hadist tersebut Menurut ilmu balaghogh. Dalam kajian ilmu balaghogh disebutkan bahwa setiap benda pasti mempunyai sifat, tidak mungkin ada benda yang tidak bersifat, sifat itu bisa bertentangan seperti baik dan buruk, panjang dan pendek, gemuk dan kurus. Mustahil ada benda dalam satu waktu dan satu tempat mempunyai dua sifat yang bertentangan, kalau dikatakan benda itu baik, mustahil pada waktu dan tempat yang sama dikatakan jelek; kalau dikatakan si A berdiri mustahil pada waktu dan tempat yang sama dikatakan duduk. Bid’ah itu merupakan kata benda, yang sudah barang tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas. Hal seperti ini dalam Ilmu Balaghah dikatakan; حدف الصفة على الموصوف yaitu “membuang sifat dari benda yang bersifat”. Seandainya kita tulis sifat bid’ah maka akan terjadi dua kemungkinan: Kemungkinan pertama; كُلُّ بِدْعَةٍ حَسَنَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ Yang artinya : “Semua bid’ah yang baik sesat, dan semua yang sesat masuk neraka”. Hal ini tidak mungkin, bagaimana bisa sifat baik dan sesat berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu tentu mustahil. Maka yang bisa dipastikan kemungkinan yang kedua; كُلُّ بِدْعَةٍ سَيِئَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّاِر Yang artinya : “Semua bid’ah yang jelek itu sesat, dan semua kesesatan itu masuk neraka”.
Hal yang sama dengan kajian ilmu balaghogh diatas terjadi pula dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah membuang sifat kapal dalam firman-Nya pada QS Al-Kahfi : 79 yang berbunyi :


(وَكَانَ وَرَاءهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْباً ﴿٧٩


artinya: “Di belakang mereka ada raja yang akan merampas semua kapal dengan paksa”.
Dalam ayat tersebut Allah SWT tidak menyebutkan kapal baik apakah kapal jelek; karena dalam kondisi normal kapal yang jelek tidak akan diambil oleh raja. Maka lafadh كل سفينة sama dengan كل بد عة tidak disebutkan sifatnya, walaupun pasti punya sifat, ialah kapal yang baik كل سفينة حسنة.

Kemudian kajian lain terhadap hadist tersebut adalah pendapat dari Al-Imam Al-Hafidz Al-Nawawi yang menyatakan dalam kitab Syarh-nya atas kitab Shohih Muslim, bahwa kata كل adalah bermakna sebagian besar bukan bermakna seluruh, sehingga hadist itu oleh beliau dimaknakan “sebagian besar perbuatan bid’ah itu adalah sesat”. Pemaknaan lafadz كل dengan makna sebagian juga terdapat dalam kajian ilmu lughotil arobiyah.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Bertolak dari paparan terkait dengan pengertian bid’ah sebagaimana telah khotib uraikan diatas, Timbul suatu pertanyaan, Apakah segala sesuatu yang diada-adakan oleh ulama’ yang tidak ada pada zaman Nabi SAW pasti jeleknya? Jawaban yang bijaksana adalah, belum tentu! Ada dua kemungkinan; mungkin jelek dan mungkin baik. Kapan bid’ah itu baik dan kapan bid’ah itu jelek?. Khotib akan mengutip 2 pendapat ulama’ besar yang mewakili 2 zaman berbeda yaitu Imam Syafi’i dari kalangan ulama salaf dan Prof. Dr. As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani dari kalangan ulama kholaf. Menurut Imam Syafi’i:


اَلْبِدْعَةُ ِبدْعَتَانِ : مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ, فَمَاوَافَقَ السُّنَّةَ مَحْمُوْدَةٌ وَمَاخَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمَةٌ


Yang artinya : “Bid’ah ada dua, bid’ah terpuji dan bid’ah tercela, bid’ah yang sesuai dengan sunnah itulah yang terpuji dan bid’ah yang bertentangan dengan sunnah itulah yang tercela”.

Sedangkan menurut sebuah kutipan yang dinukil dari sebuah kitab yang berjudul : Dzikrayaat wa Munaasabaat karya Prof. Dr. As Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani yang dialih bahasakan oleh KH. Muhammad Bashori Alwi dalam sebuah bukunya disebutkan : bukan semua yang tidak diamalkan oleh ulama’ salaf dan belum terjadi pada masa pertama (zaman nabi) itu adalah bid’ah yang diingkari lagi jelek, yang diharamkan orang melakukannya dan wajib diingkarinya. Tetapi hal-hal baru yang terjadi itu haruslah dihadapkan kepada dalil-dalil syar’i. Lantas apa yang mengandung maslahat hukumnya adalah wajib. Atau yang mengandung keharaman maka hukumnya haram. Atau yang mengandung kemakruhan maka hukumnya makruh. Atau yang mengandung kemubahan maka hukumnya mubah. Atau yang mengadung mandub (sunnah) maka hukumnya adalah mandub (sunnah).
Hal

ini juga diperkuat oleh hadist Nabi yang termaktub dalam kitab Riyadlus Sholihin Halaman 63 yang berbunyi :


مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئٌ, وَمَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَ وِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِاَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئٌ. رواه مسلم


Yang artinya : “Barang siapa yang mengada-adakan satu cara yang baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka sedikit pun, dan barang siapa yang mengada-adakan suatu cara yang jelek maka ia akan mendapat dosa dan dosa-dosa orang yang ikut mengerjakan dengan tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”.

Dan hadist Nabi yang lain yang termaktub dalam kitab Sunan Ibnu Majah Juz I hal. 414 :

إِنَّ أُمَّتِي لَنْ تَجْتَمِعَ عَلَى ضَلاَلَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ اخْتِلاَفًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ. رواه ابن ماجة عن انس ابن مالك


Yang artinya : “Bahwa ummatku tidak akan sepakat dalam kesesatan, bila kamu melihat perbedaan pendapat diantara kalian, maka ikutilah pendapat mayoritas”. HR Ibnu Majah dari Anas bin Malik.

Dalam Kitab Fathul Bari dijelaskan : "Pada mulanya, bid'ah dipahami sebagai perbuatan yang tidak memiliki contoh sebelumnya. Dalam pengertian syar'i, bid'ah adalah lawan kata dari sunnah. Oleh karena itu, bid'ah itu tercela. Padahal sebenarnya, jika bid'ah itu sesuai dengan syariat maka ia menjadi bid'ah yang terpuji. Sebaliknya, jika bi’ah itu bertentangan dengan syariat, maka ia tercela. Sedangkan jika tidak termasuk ke dalam itu semua, maka hukumnya adalah mubah: boleh-boleh saja dikerjakan. Singkat kata, hukum bid'ah terbagi sesuai dengan lima hukum yang terdapat dalam Islam".

Dari semua pembahasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa secara garis besar bid’ah dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu : Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Sayyiah. Dan untuk mengkategorikan sebuah perbuatan bid’ah itu tergolong hasanah atau sayyiah maka diperlukan kajian mendalam dengan berdasarkan dalil-dalil syar’i baik qoth’i maupun dzonny dengan tetap mempertimbangkan maqoshid asy syar’iyyah dari perbuatan-perbuatan yang dinilai bid’ah tersebut.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Sebelum khotib mengakhiri khutbah siang hari ini perlu kiranya bagi khotib untuk memberikan beberapa contoh perbuatan bid’ah yang pernah dilakukan sahabat-sahabat terdekat nabi yang termasuk khulafaur rasyidin, perbuatan-perbuatan dimaksud adalah :
  1. Pembukuan Al-Qur'an pada masa Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq atas usul Sayyidina Umar ibn Khattab yang kisahnya sangat terkenal.
  2. Pemberian titik-titik dan syakal/baris-baris pada tulisan Al Qur’an yang baru dilakukan pada masa kekholifahan Sayyidan Ustman bin Affan.
  3. Apa yang dilakukan oleh Sayyidina Umar ibn Khattab ketika mengumpulkan semua umat Islam untuk mendirikan shalat tarawih berjamaah. Tatkala Sayyidina Umar melihat orang-orang itu berkumpul untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata: "Sebaik-baik bid'ah adalah ini".
  4. Sayyidina Utsman ibn Affan menambah adzan untuk hari Jumat menjadi dua kali. Imam Bukhari meriwatkan kisah tersebut dalam kitab Shahih-¬nya bahwa penambahan adzan tersebut karena umat Islam semakin banyak. Selain itu, Sayyidina Utsman juga memerintahkan untuk mengumandangkan iqamat di atas az-Zawra', yaitu sebuah bangunan yang berada di pasar Madinah.

Dari keempat contoh diatas, mari kita focus terhadap dua contoh pertama yang tentunya yang tidak pernah diperdebatkan yaitu mengenai kodifikasi (pembukuan) Al Qur’an dan pemberian titik-titik dan syakal pada tulisan Al Qur’an. Kedua hal tersebut merupakan contoh konkrit bid’ah hasanah, karena pada zaman Rasulullah SAW Al Qur’an hanya dihafal atau setidak-tidaknya ditulis di pelepah-pelepah kurma dan juga batu-batu (tanpa titik dan tanda baca) dalam keadaan tercerai berai, tidak tersusun sistematis dalam bentuk surat-surat dan Juz-juz seperti yang kita jumpai pada mushaf Al Qur’an yang ada saat ini. Bagaimana jadinya jika Al Qur’an baik secara tulisan maupun penggandaan kondisinya masih tetap seperti pada zaman Rasulullah SAW. Jika hal itu terjadi khotib rasa akan sulit bagi orang Indonesia khususnya membedakan apakah itu merupakan huruf (ب, ت, atau ي) dan itu akan berakibat fatal dengan berubahnya makna dari ayat yang dibaca. Terhadap kasus kodifikasi Al Qur’an ini apakah masih ada yang menggap ini adalah dlolalah (sesat)?

Akhirnya untuk menutup khutbah pada siang hari ini, khotib mengajak kepada diri khotib pribadi dan para jamaah sekalian untuk selalu berpikir jernih dan tidak mudah memperolok orang atau golongan lain terhadap amaliah yang mereka kerjakan selama amalan itu memiliki dasar hukum. Jangan bersifat sombong dengan beranggapan bahwa amaliah yang kita lakukan adalah yang paling benar dan telah sesuai dengan sunnah Rasul, karena sifat sombong adalah hanya milik Allah SWT. Mari kita berpikir ‘arif menyikapi setiap perbedaan yang terjadi diantara kita. Jangan jadikan perbedaan menjadi pemicu perpecahan. Mari kita ingat sebuah pesan Rasulullah SAW bahwasannya perbedaan yang terjadi pada ummatku adalah sebuah rahmat, tentunya pesan Nabi tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang mau berfikir, sedangkan bagi orang-orang yang malas berfikir sudah barang tentu perbedaan akan menghadirkan perpecahan ummat. Semoga kita selalu diberi petunjuk oleh Allah SWT dan selalu berada dalam naungan rahmat dan rahimNYA, dan mendapat syafaat baginda Rasulullah SAW di hari akhir nanti. Amin. Wallahu a’lam bisshowaab.


بارك الله لي و لكم في القرأن العظيم و نفعني و اياكم بما فيه من الأيات و ذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته انه هو السميع العليم أقول قولي هذا واستغفر الله العظيم لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات فاستغفروه انه هو الغفور رحيم


KHUTBAH KEDUA


 الحمد لله...الْحَمْدُ لِلّهِ مُوَفِّقِ اْلعَامِلِيْنَ. و أشهد أن لا اله  الا الله وحده لا شريك له وَلِيُّ اْلمُتَّقِيْنَ و أشهد أن سيدنا محمدا عبده و رسوله صادق الوعد اللأمين. اللهم صل على سيدنا محمد و على اله و أصحابه أجمعين. أما بعد فيا عباد الله اتق الله...اتق الله وَاعْلَمُوْا أَنَّ الله أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه, وَ ثَنىَّ بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِه, وَ أَيَّدَ اْلمُؤْمِنِيْنَ مِنْ عِبَادِه, فقال و لم يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً.


وقال رسول الله صلي الله عليه و سلم من صلي علي صلاة صلي الله عليه بها عشرا.
اللهم صل علي سيدنا محمد و علي ال سيدنا محمد, كما صليت على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, و بارك على سيدنا محمد و على أل سيدنا محمد, كما باركت على سيدنا إبراهيم و على أل سيدنا إبراهيم, فى العالمين إنك حميد مجيد. وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين, ساداتنا إبي بكر و عمر و عثمات و على و عن بقية أصحاب رسول الله أجمعين, و التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين و ارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.


اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات انك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات يا أرحم الراحمين, اللهم اَلِّفْ بين قُلُوْبِهِمْ و أَصْلِحْ ذَاتَ بينِهِم و انْصُرْهم على عَدُوِّكَ وَ عَدُوِّهِمْ. اللهم إنا نسألك رضاك و الجنة و نعوذ بك من سخطك و النار, اللهم إنك عفو كريم تحب الغفو فاعف عنا يا كريم. اللهم ادفع عنا الغلاء و البلاء والوباء و الربي و الزني و الزلازل و المحن و سوء الفتن ما ظهر منها و ما بطن عن بلدنا هذا خاصة و عن سائر بلاد المسلمين عامة يا رب العالمين, رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ و أدخلنا الجنة مع الأبرار يا عزيز يا غفار يا رب العالمين و الحمد لله رب العالمين.
عباد الله إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ, وَأَوْفُواْ بِعَهْدِ اللّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلاَ تَنقُضُواْ الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ, و لذكر الله اكبر و الله يعلم ما تصنعون.
اقم الصلاة!!!!




Ustdz. Aris Habibuddin Syah, S.Hi
Ruteng-Flores-NTT

Sumber:   http://nu.or.id/ 




 
Support : Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Copyright © 2011. DinHikmah - Media Online Islam Pemersatu Ummat - All Rights Reserved
Template Modify by Din Hikmah